Langsung ke konten utama

Injil Marcion: Inikah Injil yang Asli?

Dalam beberapa tahun terakhir ini, saya sering mengemukakan bahwa Injil Perjanjian Baru yang paling mendekati kebenaran adalah Injil Lukas. Alasannya sudah saya sampaikan pada beberapa postingan saya pada beberapa blog saya.

Namun sebenarnya saya pribadi masih punya ganjalan terhadap Injil Lukas ini. Ada satu dua hal dalam Injil Lukas yang sepertinya tidak mungkin dikompromikan dengan Al Quran. Misalnya dalam Lukas 1:32 ada tertulis bahwa "ia (Yesus) akan disebut anak Allah Yang Maha Tinggi, dan Tuhan akan mengaruniakan kepadanya tahta Daud, bapa leluhurnya, dan ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya." 

Yang menjadi permasalahan dalam ayat Lukas 1:32 di atas adalah disebutkan bahwa Yesus adalah anak Daud. Padahal, menurut pemahaman saya, berdasarkan ayat Al Quran khususnya surah Maryam ayat 28, Maryam adalah keturunan Harun yang berasal dari suku Lewi, bukan keturunan Daud yang berasal dari suku Yehuda. Hal ini menurut saya sejalan dengan apa yang dipercayai oleh kaum Qumran yang percaya kepada lebih dari satu mesias, yang mereka sebut sebagai Royal Messiah (dari keturunan Yehuda/Daud) dan juga Priestly Messiah dari keturunan Harun, yang kemungkinan besar adalah Nabi Yesus. Pendeknya, Yesus itu sebenarnya seorang imam, bukan seorang raja. Sehingga ayat Lukas yang menyebutkan bahwa Yesus adalah keturunan Daud yang akan menjadi raja bagi kaum keturunan Yakub menjadi ganjalan besar bagi saya karena saya yakin bahwa semestinya tidak seperti itu. Bukankah Yesus sendiri sudah mengindikasikan di dalam Injil bahwa beliau bukanlah anak Daud? (Lukas 20:41-44, Markus 12:35-37, Matius 22:41-45).

Lalu, kalau Injil Lukas bukanlah Injil yang asli yang bisa diimani 100%, adakah injil yang lebih bisa dipercaya ketimbang Injil Lukas? 

Sebenarnya, sejak abad kedua setelah masehi, telah beredar sebuah injil yang kemudian dikenal sebagai Injil Marcion. Injil Marcion ini dalam banyak hal sangat mirip dengan Injil Lukas. Namun, bagi para penentang Marcion, salah satunya seorang tokoh Kristen perdana yang bernama Tertullian, ia menuduh bahwa Marcion sengaja memutilasi Injil Lukas sedemikian rupa untuk mencocokkan injil tsb agar menjadi sesuai dengan teologi yang dianut Marcion.

Ketika membandingkan Injil Lukas dengan Injil Marcion, mana yang lebih dulu ada atau mana yang lebih asli, sebagian besar scholar percaya kepada Tertullian, dalam artian bahwa mereka percaya bahwa Marcion-lah yang memutilasi atau merusak Injil Lukas. Namun, ternyata tidak semua scholar berpandangan seperti itu. Ada beberapa scholars yang justru percaya bahwa Injil Marcion justru lebih otentik ketimbang Injil Lukas. Salah satu pertimbangannya adalah Injil Marcion lebih ringkas dan lebih sederhana ketimbang Injil Lukas. Dalam asumsi yang biasa digunakan oleh para scholars, biasanya injil yang lebih sederhana dan lebih ringkas adalah lebih dulu ada ketimbang injil yang kompleks dan sudah ditambah-tambahi. Dan Injil Marcion lebih sederhana ketimbang Injil Lukas.

Saya pribadi sekarang mulai mempertimbangkan bahwa jangan-jangan Injil Marcion ini memang benar Injil yang lebih dapat dipercaya ketimbang Injil Lukas. Setidaknya ada tiga alasan yang membuat saya mempertimbangkan kemungkinan ini, selain daripada argumen para scholars di atas bahwa injil yang lebih ringkas dan sederhana kemungkinan lebih tua atau lebih autentik ketimbang injil yang lebih kompleks.

Alasan pertama adalah seperti saya sebutkan di awal mengenai keberatan saya terhadap Injil Lukas. Injil Marcion setahu saya tidak memiliki perikop seperti Injil Lukas pasal 1. Dengan demikian keberatan saya terhadap Injil Lukas tidak terjadi pada Injil Marcion. 

Alasan kedua adalah awal pergerakan misi Yesus dalam Injil Marcion lebih masuk akal dibandingkan Injil Lukas 4:23. Dalam Injil Lukas 4:23, ketika Yesus ditolak di Nazareth, mereka meminta agar Yesus melakukan mukjizat sebagaimana yang beliau lakukan di Kapernaum. Masalahnya, di dalam Injil Lukas, Yesus baru pergi ke Kapernaum setelah beliau berdakwah  di Nazareth, bukan sebelumnya. Permasalahan Lukas 4:23 tsb tidak terjadi pada Injil Marcion, karena pada awal Injil Marcion disebutkan bahwa misi Yesus diawali dari Kapernaum, setelah itu barulah beliau pergi ke Nazareth. Sehingga, jika kita berpegang pada Injil Marcion, maka akan sangat masuk akal jika orang-orang di Nazareth meminta Yesus untuk melakukan mukjizat sebagaimana yang beliau lakukan di Kapernaum.

Sedangkan alasan ketiga yang bagi saya merupakan alasan yang tidak kalah kuatnya dibandingkan dua alasan sebelumnya, yakni surah Fathir ayat 32 mengenai kitab yang diwariskan. Masalahnya di dalam ayat Fathir 32 tersebut ternyata yang disebut pertama kali sebagai pewaris kitab tsb justru adalah orang zhalim yang menganiaya diri sendiri. Orang zhalim tersebut mengingatkan saya kepada Marcion itu sendiri. Karena Marcion itu sebenarnya adalah orang yang sesat, bukan orang yang lurus akidahnya.

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah berdebat dengan seorang kafir (kalau tidak salah di situs faith freedom indonesia atau ffi) mengenai penafsiran ayat Surah At Taubah ayat 29. Menurut si orang kafir ini QS 9:29 sangat tidak masuk akal, karena menurut si kafir ini tidak ada satu pun Ahli Kitab yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Ketika itu saya berargumen bahwa yang dimaksud dengan QS At Taubah 29 tsb contohnya seperti Marcion ini, karena Marcion ini sebenarnya ingkar kepada Tuhan versi Perjanjian Lama. Terus terang saya pribadi tidak yakin apakah penafsiran saya benar atau ngawur, karena saya pribadi bisa mengerti kesulitan si orang kafir dalam memahami ayat QS 9:29. Wa Allahu a'lam.

Namun demikian, terlepas dari kontroversinya sosok Marcion ini, menurut saya sejauh ini tidak ada yang salah dengan Injil Marcion. Bagaimanapun juga Injil Marcion ini adalah hampir sama seperti Injil Lukas, hanya saja lebih ringkas, karena ada beberapa bagian dalam Injil Lukas yang tidak ada di dalam Injil Marcion. Boleh dikatakan, semua yang ada tertulis di dalam Injil Marcion ada juga di Injil Lukas, tapi tidak sebaliknya. Jadi, sepertinya tidak ada yang berbahaya jika seorang muslim beriman kepada Injil Marcion. 

Namun sayangnya kita tidak memiliki naskah Injil Marcion yang utuh. Yang kita punya hanyalah kutipan dari tokoh-tokoh gereja terdahulu seperti Tertullian, Ephiphanus dkk. Namun setidaknya kita memiliki gambaran mengenai versi lain dari Injil Lukas yang boleh jadi justru lebih otentik ketimbang Injil Lukas itu sendiri. Dengan adanya Injil Marcion sebagai salah satu kandidat injil yang original atau injil yang asli, maka sebagian permasalahan pada kasus Injil Q (Quelle) sudah terpecahkan. Barangkali, Injil Q itulah injil yang digunakan oleh Marcion dan para pengikutnya.

Alasan lainnya kenapa saya percaya kepada Injil Marcion adalah bahwa injil ini diawali dengan pengajaran Yesus di sebuah sinagoga di Kapernaum. Setahu saya, inilah satu-satunya Injil yang diawali dengan kegiatan pengajaran, sedangkan injil lain diawali dengan pembaptisan, silsilah Yesus, Zakharia, dlsb. Entah kenapa, Injil Marcion ini mengingatkan saya kepada Quran yang diawali dengan iqra dan proses pembelajaran manusia. Jadi sepertinya ada hubungan antara Quran dan Injil, dimana Quran diawali dengan iqra sedangkan Injil diawali dengan pengajaran Yesus kepada umat.

Oh iya, setahu saya, Injil Marcion ini adalah satu-satunya Injil yang diberi judul, yaitu Evangelicon atau the Gospel of the Lord. Sedangkan injil lainnya seperti Iniil Markus, Matius, Lukas, Yohanes dan Thomas baru diberikan judul puluhan atau bahkan seratus tahun kemudian setelah injil-injil tsb ditulis.

Bagi Anda yang tidak mengetahui isi dari Injil Marcion, isi injil tersebut hampir sama dengan Injil Lukas yang dimulai dari Pasal 3 atau Pasal 4 dan berakhir sampai dengan Lukas 24:47.

Wa Allahu a'lam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beda Penekanan Ajaran Injil dengan Quran

Setelah bertahun-tahun membaca Al Quran dan Alkitab, saya mendapatkan kesan bahwa ajaran yang terdapat dalam Injil khususnya Double Tradition (Injil Matius dan Lukas) adalah ajaran untuk level advanced , yaitu untuk orang-orang yang tingkat keimananannya sudah sangat tinggi. Sehingga bagi orang awam, sebagian ajaran Injil tersebut sulit untuk diimplementasikan. Berbeda dengan ajaran Al Quran yang lebih "membumi" dan lebih mudah diterapkan. Namun, sebelum saya membahas mengenai beda penekanan antara ajaran Injil dengan Al Quran, sebelumnya saya ingin menyampaikan terlebih dahulu mengenai asal-asul atau dalil yang menjadi basis bagi ajaran The Noahides atau The Seven Laws of Noah , atau Tujuh Hukum Nabi Nuh, atau mungkin lebih tepatnya Tujuh Hukum Nabi Adam. Beberapa rabbi terdahulu merumuskan the Seven Laws of Noah atau mungkin lebih tepatnya the Six Laws of Adam berdasarkan ayat Genesis 2:16, yang berbunyi: And the Lord God commanded the man saying: Of every Tree ....  ...

Believe in the Scripture Before the Quran

In the Holy Koran, there is a particular verse that command the believers to believe in the Book before the Quran. " O you who believe, believe in Allah and His Messenger, and the Book which He sent down upon His Messenger, and the Book which He sent down earlier . And whoever disbelieves in Allah, and His Angels, and His Books, and His Messengers, and the Last Day, then he has certainly gone far astray ." (the Quran 4:136) “The Book which He sent down earlier ” or “the Scripture which He sent down before” is in singular form, which means that there is “only” one Book that every believer has to believe in other than the Quran. But which one? There are many books that had been sent down before Muhammad. The Torah, Psalms, and the Gospel, to name a few; not to mention the books that were given to the Prophets like Isaiah, Jeremiah, Ezekiel, Jonah, etc. To identify which book that the Quran talked about in the verse above, we have to look in some other verses: 1. “And befor...

Makkiyah vs Madaniyah

Sejak beberapa tahun yang lalu saya sudah mengetahui bahwa ayat-ayat Al Quran dikelompokkan menjadi dua, yaitu ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyah. Pembagian itu berdasarkan kapan ayat tsb diturunkan, apakah sebelum peristiwa Hijrah dan diturunkan di Mekkah, atau setelah Hijrah (dan diturunkan di Madinah). Namun, perbedaan antara ayat Makkiyah dan Madaniyah bukan hanya sekedar kapan ayat tsb diturunkan melainkan masing-masing kelompok memiliki ciri khas sendiri. Ayat-ayat Makkiyah misalnya ayatnya pendek-pendek dan ketika menyeru manusia sering diawali dengan "Yaa ayyuhan naas ...". Selain itu konon katanya ayat-ayat Makkiyah memiliki gaya bahasa sastra yang lebih kuat dibandingkan dengan ayat-ayat Madaniyah. Sebaliknya ayat-ayat Madaniyah, ayatnya lebih panjang dan ketika menyeru biasanya diawali dengan "Yaa ayyuhalladzina aamanu ...". Hal ini sudah saya ketahui sejak dulu. Banyak ulama perpendapat bahwa ayat-ayat yang turun belakangan biasanya menghapus aya...