Dalam postingan saya terdahulu, saya sudah pernah menyampaikan kegalauan saya selama bertahun-tahun mengenai ayat Surat An Nisa 136, yakni apakah yang dimaksud dengan beriman kepada kitab yang diturunkan sebelum Al Quran. Dan ketika itu jawaban saya cukup bervariasi, mulai dari Alkitab (The Bible), Taurat, Septuagint (LXX), Covenant Code dalam Kitab Exodus, Sepuluh Perintah, Shapira Manuscript, Kitab Injil, sampai dengan Kitab Jubilee.
Namun, alhamdulillah, sekarang saya merasa memiliki keyakinan yang memadai, bahwa yang dimaksud dengan kitab sebelum Quran dalam QS 4:136 adalah bahagian dari Kitab Taurat, khususnya kitab pertama dalam Alkitab, yakni Kitab Kejadian atau Genesis atau Bereshit/Bereishis. Bahkan, kemungkinan yang dimaksud bukanlah seluruh Kitab Kejadian yang terdiri dari 50 pasal atau 50 chapters, melainkan 11 pasal pertama dari Kitab Kejadian, atau bahkan hanya sampai dengan Kejadian 5:2 atau empat pasal pertama dari Kitab Kejadian.
Mengapa saya sampai pada kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kitab sebelum Quran adalah Taurat? Bukan kitab Injil misalnya? Karena sebenarnya Al Quran pun sudah memberikan kode keras demikian.
1. Dalam Surat Al Ahqaf 12 disebutkan secara literal bahwa kitab sebelum Quran adalah Kitab Musa, yang sering dianggap sebagai Kitab Taurat.
2. Dalam Surat Al Ahqaf ayat 10 disebutkan adanya kitab yang serupa dengan Al Quran dimana beberapa ahli tafsir termasuk Ibnu Jarir At Thabari menafsirkan bahwa kitab yang semisal dengan Al Quran adalah kitab Taurat.
3. Dalam QS 28:49 disebutkan mengenai adanya dua kitab yang memberikan petunjuk, yang ditafsirkan oleh sebagian penafsir sebagai kitab Taurat dan Quran.
4. Nabi Muhammad percaya kepada Kitab Taurat, dan bahkan Nabi pun membacanya. Ini saya ketahui dari tafsir Qurthubi ketika membahas Surat An Imran ayat 23 (cetakan pustakaazzam halaman 138). Suatu ketika Rasulullah mendatangi Baitul Midras tempat berkumpulnya orang-orang Yahudi, lalu beliau mengajak mereka kepada ajaran Allah. Lalu salah seorang dari mereka bertanya, "Agama apa yang kau bawa wahai Muhammad?". Nabi menjawab, "Aku berdiri di atas millah Ibrahim". Kata mereka, "Sesungguhnya Ibrahim termasuk orang Yahudi". Lalu kata Nabi, "Marilah kita periksa kitab Taurat, karena kitab itu dapat diterima oleh kami dan oleh kalian". Namun mereka menolaknya sehingga turunlah ayat 3:23 tsb. Selanjutnya Qurthubi melanjutkan bahwa Rasulullah sendiri membaca (Kitab Taurat) tsb.
Lalu mengapa Taurat tsb kemudian saya persempit menjadi Kitab Kejadian, dan bukannya seluruh kitab Taurat yang terdiri dari lima buku (the Five Books of Moses)?
Pertama, Kitab Kejadian, khususnya beberapa pasal pertamanya, ditujukan untuk seluruh umat manusia (bani Adam). Dengan kata lain, Kitab Kejadian itu, khususnya beberapa pasal pertamanya, sifatnya universal untuk seluruh bangsa manusia, bukan untuk satu suku bangsa tertentu saja. Kitab Kejadian baru fokus kepada leluhur Israel kira-kira pada parashat Chayei Sarah (Kejadian 23 dst). Sedangkan Kitab Keluaran (Exodus), Imamat (Leviticus), Bilangan (Numbers) dan Ulangan (Deuteronomy), seluruhnya dikhususkan untuk bangsa Israel. Ayat-ayat yang ditujukan untuk bangsa Israel tentunya tidak relevan bagi kita yang bukan umat Israel.
Kedua, terdapat indikasi pada beberapa ayat Al Quran bahwa terdapat sebagian manusia yang diberikan bahagian dari Alkitab (ref QS 3:23, 4:44, 4:51). Nah, bahagian dari Alkitab di sini saya pahami bukan keseluruhan kitab, atau bukan keseluruhan Taurat, melainkan sebahagian dari Kitab Taurat saja. Yakni Kitab Kejadian. Bandingkan dengan pendapat seorang rabbi yaitu Rabbi Hoshayah the Great yang dikutip dalam buku midrash rabbah Genesis, yang menyatakan bahwa Taurat adalah Amon, sebuah istilah yang memiliki empat makna, yakni perawat, tertutup, tersembunyi, dan besar. Taurat diibaratkan sebagai sebuah pohon yang memiliki banyak ranting, besar dan kecil. Barangsiapa yang berpegang pada salah satu ranting, bahkan ranting yang paling kecil sekalipun, maka pada hakikatnya dia telah mendapatkan manfaat dari Taurat. Hal ini kemudian diinterpretasikan lebih lanjut bahwa jika seseorang percaya dan berpegang hanya pada satu ayat dalam Taurat pun, maka itu sudah cukup baginya (ref: midrash rabbah Bereishis Kleinman edition page 1$1).
Ketiga, beberapa pasal pertama dari Kitab Kejadian sudah lebih dari cukup untuk memberikan pengajaran berharga bagi seluruh umat manusia. Mulai dari pengenalan terhadap Tuhan (Elohim) sebagai Pencipta Langit dan Bumi, kemudian penciptaan [umat] manusia (Adam), perintah dan larangan yang Tuhan berikan kepada Adam, kejatuhan manusia yang mengakibatkan penderitaan manusia, sampai dengan hakikat manusia (Gen 4:10-11), dan the problem of evil pada Kejadian 4:10-11.
Keempat, saya menduga keras bahwa dua ayat yang pertama kali diturunkan (iqra bismi rabbika) sebenarnya merujuk kepada empat pasal pertama dari Kitab Kejadian.
Kelima, dalam Surat Hud ayat terdapat indikasi bahwa Nabi Muhammad tidak pernah mengetahui Kisah Nabi Nuh sebelumnya. Dengan demikian, sangat besar kemungkinannya bahwa jika memang Nabi Muhammad pernah membaca Kitab Taurat, bacaan beliau tidak sampai kepada Kejadian Pasal 6 (parashat Noach), melainkan bacaan beliau berhenti pada pasal sebelumnya, yakni pasal 4 atau pasal 5.
Keenam, dari tiga text Taurat yang beredar saat ini, yakni Masoretic Text (MT), Septuagint (LXX), dan Samaritan Pentateuch (SP), perbedaan paling mencolok baru terjadi pada Kejadian Pasal 5 dan seterusnya, yakni mengenai umur Adam dan keturunannya. Ini menyebabkan Kitab Kejadian mulai Pasal 5 dan selanjutnya agak diragukan kevalidannya.
Ketujuh, dalam beberapa ayat Al Quran seperti Al Qalam 37 terdapat kata tadrusun yang berasal dari akar kata dal-ra-sin, yang sama persis dengan kata midrash dalam bahasa Ibrani. Dan berbicara tentang midrash, maka konotasinya adalah midrash rabbah. Dimana, kitab midrash rabbah yang asli yang paling awal ditulis hanyalah genesis rabbah atau bereishis rabbah.
Kedelapan, pada empat pasal pertama Kitab Kejadian belum terdapat kontradiksi maupun Doublets seperti wife-sister, Janji Tuhan kepada Abraham, pengusiran Hagar dan Ishmael, sumur Beersheba, Yakub di Bethel, dll.
Dengan demikian, sekarang saya berkesimpulan bahwa dua kitab yang wajib diimani oleh seorang mukmin sebagaimana dimaksud dalam QS 28:48-49 adalah Kitab Kejadian dan Al Quran. Demikian halnya yang dimaksud dengan kitab semisal Al Quran sebagaimana dimaksud dalam QS 46:10 adalah Kitab Kejadian. Demikian juga kitab sebelum Al Quran yang wajib diimani sebagaimana dimaksud dalam QS 4:136 adalah Kitab Kejadian. Adapun mengenai kitab yang diwariskan sebagaimana dimaksud dalam QS 35:32, walaupun mungkin Kitab Kejadian bukanlah kitab yang paling cocok untuk dikategorikan sebagai kitab yang diwariskan, namun ia tetap memenuhi persyaratan untuk dianggap sebagai kitab yang diwariskan.
Komentar
Posting Komentar