Langsung ke konten utama

Iqra, ayat yang pertama kali turun

Dalam hadits ketiga dalam kitab Sahih Bukhari Bab I tentang Permulaan Wahyu yang diriwayatkan dari Aisyah, disebutkan bahwa ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah tiga ayat awal surat Al Alaq (Iqra bismi rabbikalladzi khalaq, khalaqal insaana min alaq, iqra, warabbukal akram). Dan dalam hadits yang sama juga disebutkan bahwa Nabi berkonsultasi kepada Waraqah bin Naufal, dan kemudian setelah Waraqah bin Naufal meninggal dunia, wahyu terputus selang beberapa waktu.

Saya memahaminya, sebelum Nabi mulai berdakwah (Yaa ayyuhal muddatsir dan yaa ayyuhal muzzammil), semestinya Nabi sudah memiliki bekal terlebih dahulu mengenai materi apa yang ingin disampaikan kepada kaumnya. Dan salah satu cara untuk mengetahui mengenai apa yang ingin didakwahkan adalah dengan membaca kitab suci. Tapi kitab suci yang mana? Banyak riwayat yang mengindikasikan bahwa beberapa surat yang pertama kali diturunkan adalah Iqra, Al Muddatsir, Al Muzzammil, Al Qalam, dan Adh Dhuha, dimana kalau kita lihat surat-surat ini belum terdapat ajaran tentang keesaan Tuhan atau kalimat tauhid. Bahkan belum ada kata "Allah" dalam beberapa ayat awal yang diturunkan, yang ada hanya "rabbuka" atau Tuhanmu. Selain itu juga belum ada batasan antara halal dan haram, dan juga dalam ayat-ayat awal tersebut belum ada berita tentang hari kiamat, atau hari pembalasan.

Nah, kemudian saya berpikir bahwa iqra yang dimaksudkan sebenarnya mengacu kepada kitab suci sebelum Quran yakni Taurat dan Injil, karena hanya kitab itulah yang beredar di masyarakat arab pada masa tersebut. Bahkan dalam hadits yang sama disebutkan bahwa Waraqah bin Naufal sendiri menerjemahkan kitab suci  Injil dari bahasa Ibrani ke bahasa Arab. 

Kalau kita kaji ayat yang pertama kali diturunkan, terdapat perintah iqra sebanyak dua kali, yang saya pahami sebagai perintah untuk membaca dua kitab yang berbeda.

Perintah pertama adalah bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang menciptakan insan (manusia dalam bentuk tunggal)  dari alaq (darah dalam bentuk jamak). Dari dua ayat ini, pikiran saya langsung terbayang kepada satu kitab saja, yakni Kitab Kejadian atau the book of Genesis atau kitab Bereshit. Kenapa? Karena kitab Kejadian atau Genesis diawal dengan penciptaan. Selain itu, dalam Genesis 4:10 juga tertulis bahwa "darah saudaramu" dalam teks aslinya yang berbahasa Ibrani disebutkan dalam bentuk jamak, bukan tunggal. Artinya, darah yang dimaksud bukan hanya darah Abel atau Habil saja, melainkan juga darah-darah dari para calon keturunan Habil/Abel. Justru darah-darah calon keturunan Abel inilah yang berteriak kepada Tuhan dan protes atas pembunuhan Abel. Walaupun Cain hanya membunuh satu manusia saja yakni Abel, namun darah Abel disebutkan dalam bentuk jamak atau plural, atau bloods. Hal ini sama seperti ayat kedua surah al Alaq dimana kata insan dalam bentuk tunggal, namun alaq dalam bentuk jamak. Jadi, saya berkesimpulan bahwa kitab yang dimaksudkan untuk dibaca dalam surah Al Alaq ayat 1 dan 2 mengacu kepada Kitab Kejadian atau Genesis atau Bereshit.

Lalu bagaimana dengan ayat ketiga surah Al Alaq: Iqra wa rabbukal akram, bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah/Mulia. Saya menduga bahwa kitab yang dimaksud dalam ayat ketiga ini adalah Kitab Zabur atau Mazmur atau Psalms atau Tehillim. Karena dalam kitab Psalms atau Mazmur ini banyak sekali pujian untuk Tuhan. Dan tidak seperti kitab Taurat (dari Exodus sampai Deuteronomy) yang hampir seluruhnya ditujukan hanya untuk bangsa Israel saja, maka sebagian ayat dalam Kitab Mazmur ditujukan untuk seluruh umat manusia, antara lain Mazmur 96, 117, 148, dan 150:6.

Jadi, dua kitab yang dimaksud untuk dibaca dalam surah al Alaq ayat 1-3 menurut saya adalah Kitab Kejadian dan Kitab Mazmur, yang mana keduanya memang ditujukan untuk seluruh umat manusia. Lalu bagaimana dengan Kitab Injil? Apakah kitab Injil juga dirujuk dalam surah Al Alaq?

Saya mempunyai dugaan liar bahwa ayat ke-4 dalam surah al Alaq semestinya berbunyi alladzii allama bil kalam. Antara kalam dan qalam terdapat perbedaan. Kalau kalam adalah lisan, sedangkan qalam adalah tulisan. Kalau saja ayat tersebut berbunyi kalam, maka tidak salah lagi, kalam yang dimaksud adalah Nabi Isa atau Yesus, karena Nabi Isa adalah Kalam Allah (atau Yesus adalah Firman Tuhan yang hidup). Dan kalau saja yang tertulis adalah kalam, maka ayat ke-4 surah al Alaq tidak pelak lagi mengacu kepada Kitab Injil, khususnya Injil Matius dan/atau Injil Lukas, yang memuat ajaran Yesus. 

Tapi fakta hingga saat ini mencatat bahwa yang tertulis dalam surah Al Alaq ayat 4 adalah qalam atau alat tulis, bukan kalam (lisan). Hal ini menyebabkan penaafsirannya menjadi agak sulit: siapakah manusia yang diajar oleh Tuhan dengan menggunakan alat tulis? Apakah Adam sang manusia pertama? Ataukah Nabi Idris atau Enoch? Tapi, baik Nabi Adam maupun Nabi Idris, tidak memiliki satu kitab pun dari Allah. Tidak pernah disebutkan di dalam Quran bahwa Nabi Adam dan/atau Nabi Idris menerima shuhuf tertentu dari Allah. Oleh karena itu saya berandai-andai atau berimajinasi liar, barangkali saja, mungkin saja suatu saat nanti ditemukan naskah Al Quran tertua di dunia, seperti naskah San'a Manuscript, yang menuliskan ayat ke-4 surah al Alaq dengan kalam, instead of qalam sehingga membuat penafsiran ayat tersebut menjadi lebih mudah. wa Allahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Believe in the Scripture Before the Quran

In the Holy Koran, there is a particular verse that command the believers to believe in the Book before the Quran. " O you who believe, believe in Allah and His Messenger, and the Book which He sent down upon His Messenger, and the Book which He sent down earlier . And whoever disbelieves in Allah, and His Angels, and His Books, and His Messengers, and the Last Day, then he has certainly gone far astray ." (the Quran 4:136) “The Book which He sent down earlier ” or “the Scripture which He sent down before” is in singular form, which means that there is “only” one Book that every believer has to believe in other than the Quran. But which one? There are many books that had been sent down before Muhammad. The Torah, Psalms, and the Gospel, to name a few; not to mention the books that were given to the Prophets like Isaiah, Jeremiah, Ezekiel, Jonah, etc. To identify which book that the Quran talked about in the verse above, we have to look in some other verses: 1. “And befor...

Beriman kepada Kitab Sebelum Al Quran

Di dalam Al Quran terdapat sebuah ayat yang secara spesifik memerintahkan orang-orang beriman untuk beriman kepada kitab sebelum Al Quran. Ayat tersebut adalah sebagai berikut: “Hai orang-orang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan sebelumnya . Barangsiapa yang kadir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya ia telah sesat sejauh-jauhnya” (QS 4:136) Kebanyakan muslim kurang memperhatikan ayat ini. Bagi kebanyakan muslim, beriman kepada kitab sebelum Al Quran berarti percaya bahwa dahulu Allah pernah menurunkan kitab Taurat, Injil, Zabur, dll kepada nabi-nabi terdahulu, namun sekarang kitab-kitab tersebut sudah tidak ada lagi. Adapun kitab suci umat Kristiani dan umat Yahudi yang ada pada saat ini sudah tidak murni lagi karena ia sudah diubah dan diedit, dan oleh karenanya kita umat muslim tidak perlu beriman ...

Makkiyah vs Madaniyah

Sejak beberapa tahun yang lalu saya sudah mengetahui bahwa ayat-ayat Al Quran dikelompokkan menjadi dua, yaitu ayat-ayat Makkiyah dan ayat-ayat Madaniyah. Pembagian itu berdasarkan kapan ayat tsb diturunkan, apakah sebelum peristiwa Hijrah dan diturunkan di Mekkah, atau setelah Hijrah (dan diturunkan di Madinah). Namun, perbedaan antara ayat Makkiyah dan Madaniyah bukan hanya sekedar kapan ayat tsb diturunkan melainkan masing-masing kelompok memiliki ciri khas sendiri. Ayat-ayat Makkiyah misalnya ayatnya pendek-pendek dan ketika menyeru manusia sering diawali dengan "Yaa ayyuhan naas ...". Selain itu konon katanya ayat-ayat Makkiyah memiliki gaya bahasa sastra yang lebih kuat dibandingkan dengan ayat-ayat Madaniyah. Sebaliknya ayat-ayat Madaniyah, ayatnya lebih panjang dan ketika menyeru biasanya diawali dengan "Yaa ayyuhalladzina aamanu ...". Hal ini sudah saya ketahui sejak dulu. Banyak ulama perpendapat bahwa ayat-ayat yang turun belakangan biasanya menghapus aya...