Langsung ke konten utama

Gad the Seer dan Nasib Kejayaan Kaum Kedar

Dalam wikipedia berbahasa Inggris dibawah artikel mengenai Isaiah in Islam, terdapat kisah menarik mengenai Ali Ar-Ridha (salah seorang Imam versi syiah) yang ditanya oleh seorang rabbi Yahudi yang menantangnya untuk membuktikan bahwa Yesus dan Muhammad sudah dinubuatkan di dalam Taurat (Tanakh). Imam Ali ar-Ridha menyatakan bahwa di dalam Kitab Yesaya terdapat nubuat, "Aku melihat dua orang penunggang/pengendara yang mana kepada mereka Dia menerangi bumi. Salah satu dari mereka  di atas seekor keledai, dan yang lain di atas seekor unta." Siapakah penunggang keledai, dan siapakah penunggang unta tsb, Imam ar-Ridha bertanya kepada sang Rabbi Yahudi. 

Sang Rabbi tidak dapat menjawab pertanyaan tsb dengan pasti. Kemudian Imam Ali Ar-Ridha melanjutkan, "Sang penunggang keledai adalah Yesus, sedangkan penunggang unta adalah Muhammad, semoga Allah memberkati beliau dan keluarganya. Apakah kamu menyangkal bahwa pernyataan ini ada di dalam Taurat (Tanakh)?"

Sang Rabbi menjawab, "Tidak, aku tidak menyangkalnya." Kisah tsb diambil dari buku "The Life of Ali bin Musa al-Ridha" yang ditulis oleh Baqir Shareef al-Quraishi terbitan tahun 2001 p. 121.

Nah, kalau saya cari-cari di dalam Kitab Yesaya, nampaknya ayat yang paling mendekati dengan ayat yang dimaksud oleh Imam Ali ar-Ridha tsb adalah ayat Yesaya 21:7. Saya mengatakan "mendekati" karena ayat tsb memang tidak persis sama dengan ayat yang dimaksud Imam Ar-Ridha. Salah satu perbedaannya adalah bahwa dalam ayat Yesaya 21:7, kebanyakan terjemahan Alkitab menyatakan bahwa keledai dan unta dalam bentuk jamak, bukan dalam bentuk tunggal. Namun, setelah saya searching di internet ternyata ada juga komentator Alkitab yang menerjemahkan keledai dan unta dalam bentuk tunggal, salah satunya adalah Adam Clarke. Adam Clarke dalam komentarnya menuliskan, "And he saw a chariot with two riders; a rider on an ass, a rider on a camel" atau dia melihat sebuah kereta dengan dua penunggang, yaitu penunggang keledai dan penunggang unta.

Poin yang ingin saya nyatakan adalah bahwa menurut Imam Ali Ar-Ridha, Yesus (umat Kristiani) dilambangkan dengan seekor keledai, sedangkan Muhammad (umat Muslim) dilambangkan dengan seekor unta. Sejujurnya, artikel wikipedia di atas berikut komentar mengenai Yesaya 21:7 baru saya ketahui sekitar 2-3 hari yang lalu. Namun penafsiran tsb ternyata sangat cocok dengan nubuat yang sudah saya baca sebelumnya yang konon katanya merupakan nubuat dari Nabi Gad the Seer (Gad sang Pelihat), sehingga walaupun saya baru membaca penafsiran Imam Ali ar-Radhi teehadap Yesaya 21:7 tsb, di kepala saya langsung klik, dan saya merasa penafsiran tsb sangat cocok dengan nubuatan Nabi Gad yang sebelumnya sudah saya ketahui. 


Dalam kitab Gad the Seer terdapat nubuat dari Nabi Gad sang Pelihat yang konon katanya melihat (di masa depan) mengenai empat ekor binatang, yaitu sepasang lembu (a yoke of oxen) yang dipimpin oleh seekor keledai dan seekor unta. Ketika saya pertama kali membaca nubuat ini, hal pertama yang terbersit dalam pikiran saya adalah QS 2:62 dan 5:69, yaitu mengenai empat komunitas yang berkesempatan untuk masuk surga, yakni komunitas orang beriman (kaum mukminin), kaum Yahudi, kaum Sabi'in dan kaum Nasrani. Kaum Sabi'in ini saya interpretasikan sebagai the Noahides atau bnei Noach, alias pengikut Nabi Nuh yang menerima Tujuh Hukum Nabi Nuh. Nah, sepasang lembu merupakan perlambang dari umat Yahudi dan the Noahides (Sabi'un), keledai merupakan perlambang dari umat Kristen, sedangkan unta merupakan perlambang dari umat Muslim. Mengapa umat Yahudi dan kaum the Noahides menurut saya dilambangkan dengan sepasang sapi? Karena pada hakikatnya bahwa kaum the Noahides masih satu guru beda ilmu dengan orang Yahudi. Atau lebih tepatnya guru dari kaum the Noahides adalah rabbi-rabbi Yahudi.

Namun, dalam nubuatan Gad sang Pelihat tsb digambarkan bahwa pada masa depan tsb, hal yang suci telah tercampur dengan yang tidak suci, sehingga banyak manusia yang menjadi kebingungan. Ketidaksucian tsb dilambangkan dengan keledai dan unta, yang menurut tradisi Yahudi merupakan hewan yang haram untuk dimakan. 

Saya pribadi merasakan bahwa nubuat Gad sang Pelihat tsb sepertinya mungkin benar karena saya melihat bahwa mayoritas manusia di duni ini beragama Kristen atau Islam. Namun yang terjadi, mayoritas Kristen (dan sangat mungkin juga mayoritas umat Islam) telah tersesat. Untuk umat Kristiani sudah jelas bahwa mereka tersesat karena mereka menyembah Yesus. Sedangkan mayoritas umat Islam menurut saya tersesat karena mayoritas umat Islam "menyembah" Nabi Muhammad.

Nah, pertanyaannya sekarang, mungkinkah (mayoritas) umat Islam akan tersesat? Saya katakan, sangat mungkin. Bukankah dalam berbagai hadits dinyatakan bahwa di akhir zaman kelak umat Islam akan seperti buih di lautan, yang berjumlah sangat banyak namun tidak berarti? Hadits lainnya menyatakan bahwa umat Islam akan mengikuti kesesatan umat sebelumnya, yaitu Yahudi dan Nasrani, sampai-sampai jika umat Yahudi dan Nasrani masuk ke lubang biawak pun maka umat Islam juga akan mengikutinya? Sementara hadits yang lain lagi menyatakan bahwa Islam (yang benar) akan kembali menjadi asing atau dianggap asing (Sementara Islam yang tidak benar-lah yang dianggap tidak asing?)

Namun hal lain yang juga membuat saya percaya bahwa umat Islam (di akhir zaman) akan kehilangan kesuciannya adalah karena nubuat dalam Kitab Yesaya Pasal 21 di atas. Dalam kitab Yesaya pasal 21 tersebut di atas ternyata nubuat tsb tidak berakhir pada ayat 21:7 melainkan masih ada kelanjutannya. Dalam kelanjutannya dinubuatkan bahwa kemulian kaum Kedar (Kedar adalah nenek moyang dari Nabi Muhammad?) akan berakhir dalam jangka waktu setahun. Nah, bagaimana menafsirkan ayat ini? Saya pribadi menafsirkan ayat ini bahwa kejayaan umat Islam yang dinaungi oleh suku Kedar akan berakhir dalam jangka waktu +/- 365 tahun, karena dalam berbagai ayat dalam Alkitab kata satu hari sering ditafsirkan sebagai satu tahun, sehingga satu tahun bisa diartikan sebagai 354~365 tahun. Nah, imho, awal mula kejayaan kaum Kedar kemungkinan dimulai pada tahun Gajah, yaitu ketika Tuhan menghancurkan pasukan gajah raja Abrahah, yang mana pada tahun itu jugalah Nabi Muhammad lahir. (Alternatif lain adalah ketika Nabi Muhammad pertama kali menerima wahyu pada sekitar tahun 610 M, atau ketika hijrah pada tahun pertama hijriah). 

Jika kita asumsikan bahwa masa kemuliaan bani Kedar diawali dengan kelahiran Nabi Muhammad pada sekitar tahun 570 M, maka kejayaan kaum Kedar berakhir pada sekitar tahun 934 M (plus minus beberapa tahun lah). Nah, menurut saya hal ini cocok dengan catatan sejarah. 

Sebagaimana kita ketahui bahwa setelah Nabi Muhammad wafat, umat Islam pada awalnya dipimpin oleh khulafaur rasyidin. Setelah itu dilanjutkan dengan kerajaan bani Umayyah (yang masih saudara dengan bani Hasyim). Setelah zaman bani Umayyah, umat Islam memasuki masa kekhalifahan bani Abbasiyah (bani Hasyim). Mereka semua ini merupakan keturunan Kedar, anak nabi Ishmael. Sehingga kemungkinan yang dimaksud dengan kemuliaan Kedar adalah berkuasanya anak-anak keturunan Kedar selama 300~an tahun lebih. Dan boleh dibilang umat Islam mengalami kejayaannya pada masa kekhalifahan bani Abbasiyah, khususnya pada masa pemerintahan Harun al-Rasyid dan khalifah Al-Makmun, dimana ketika itu negeri Islam menjadi pusat peradaban dan menjadi kiblat ilmu pengetahuan di seluruh dunia. Namun beberapa waktu kemudian bani Abbasiyah mengalami kemunduran. Dan sejarah mencatat bahwa pada masa-masa akhir pemerintahan bani Abbas, beberapa kali terjadi bahwa walaupun yang menjabat sebagai khalifah pada beberapa saat adalah seorang bani Abbas, namun pada kenyataannya jabatan khalifah tsb hanyalah sebagai boneka, karena yang menjalankan kekuasaan sebenarnya pada masa tsb bukanlah khalifah yang merupakan seorang bani Abbas (keturunan Kedar) melainkan orang lain (orang Persia). Dan sejarah mencatat bahwa tahun  934 merupakan awal mulanya dinasti Buwaih atau Buyid dynasti yang didirikan oleh Ali bin Buya yang merupakan orang Persia yang sekaligus menjadi awal mula pudarnya kejayaan kaum Kedar. Pada masa-masa tersebut tercatat bahwa khalifah2 bani Abbasiyah yang walaupun tetap menjabat sebagai khalifah namun pada praktiknya mereka tidak berkuasa. Bahkan beberapa dari khalifah Abbasiyah tsb mati dengan cara yang mengenaskan, antara lain matanya dicungkil dan lain sebagainya. Kalau menurut saya, khalifah bani Abbasiyah yang terakhir yang masih memiliki "martabat" atau kemuliaan adalah khalifah Ar-Radhi yang wafat pada tahun 940 M. Dalam Tarikh Khulafa-nya Imam Suyuthi dikatakan bahwa Ar-Radhi adalah khalifah terakhirnya yang mampu menyampaikan khutbah Jumat. Meninggalnya khalifah Ar-Radhi, imho, merupakan salah satu pertanda hilangnya kemuliaan bani Kedar sebagaimana dinubuatkan dalam Yesaya 21:16. 

Kembali kepada ramalan yang terdapat dalam Kitab Gad the Seer, jika ramalan tsb benar dan penafsirannya juga benar, maka di akhir zaman ini mayoritas umat Kristiani maupun umat Islam, yang jika keduanya dikombinasi merupakan agama yang dipeluk oleh sebagian besar manusia di bumi ini, akan tersesat. Umat Kristiani tersesat karena menyembah Yesus, sedangkan mayoritas umat Islam tersesat karena "menyembah" Nabi Muhammad. Wa Allahu a'lam.

Kenapa saya menduga bahwa mayoritas umat Islam telah "menyembah" Nabi Muhammad? Terus terang saya banyak terpengaruh oleh tulisan Rashad Khalifa yang ditengarai sebagai seseorang yang anti terhadap kitab-kitab hadits. Namun, walaupun banyak orang mencap Rashad Khalifa sebagai seseorang yang "ingkar sunnah", saya merasakan bahwa banyak argumennya yang sangat masuk akal. 

Berikut ini merupakan beberapa alasan yang membuat saya merasa bahwa banyak umat muslim yang "menyembah" Nabi Muhammad, secara sadar maupun tidak sadar.

1. Mayoritas umat muslim melakukan sholat kepada Nabi Muhammad selain kepada Allah. Hal ini terutama ketika mereka mengucapkan tahiyat dalam shalat, "Assalamu'alaika ayyuhannabiyu....". Jika seseorang menggunakan redaksi ini dalam tahiyat, berarti dia secara langsung sholat kepada Nabi Muhammad, karena dia menyebut Nabi Muhammad sebagai orang kedua tunggal. Padahal, ketika kita sholat ataupun berdoa, seharusnya kita menggunakan panggilan orang kedua tunggal hanya kepada Allah semata, bukan kepada yang lain. Seharusnya salam yang digunakan adalah semacam berikut ini ... "Assalamu'alannabiy..." yang netral, sebagaimana diriwayatkan dalam beberapa hadits. 

2. Kalimat syahadat mayoritas umat muslim adalah syahadatain (dua kalimat syahadat), bukan kalimat syahadat (Tidak ada tuhan selain Allah). Jangan salah; saya beriman bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, namun saya tidak menganggap bahwa mukmin di masa kini wajib bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Bukankah kita tidak mengenal Nabi Muhammad secara pribadi? Lagipula, setahu saya, satu-satunya syahadat yang tertulis dalam surah Al Imran ayat 18 (QS 3:18) adalah bahwasanya Tidak ada tuhan selain Allah, yang menegakkan keadilan -yang mana hal ini mengingatkan saya kepada pondasi utama kaum muktazilah, yakni Ahli Tauhid wal Adl. Demikian juga, ketika Nabi diperintahkan Allah untuk melakukan rekonsiliasi dengan Ahli Kitab, maka kalimat persamaan yang diminta "hanyalah" bahwasanya kita tidak menyembah apapun selain Allah dan kita tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun. Dalam kalimat persamaan ini Nabi Muhammad tidak diminta untuk mewajibkan Ahli Kitab agar mereka bersaksi atas kerasulan Muhammad. Selain itu, setahu saya di dalam Al Quran, orang-orang yang bersaksi bahwa Muhammad adalah rasulullah justru orang-orang munafik (QS 63:1).

3. Implikasi dari kalimat syahadatain adalah banyak muslim yang mensejajarkan nama Allah dengan Muhammad, seperti di masjid-masjid, rumah priabadi, di jalan, dan lain sebagainya. Dan jika di masjid terpampang nama Muhammad, maka berarti muslim menyembah Muhammad, secara literal. Na'udzubillah min dzalik.

4. Banyak muslim yang mengharapkan syafaat dari Nabi Muhammad. Menurut saya, hal ini sudah menjurus kepada syirik. Karena seyogyanya kita hanya boleh mengharapkan ampunan dari Allah semata, bukan dengan perantaraan makhluk lain, termasuk melalui Nabi Muhammad sekalipun. 


Allahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Beatitudes: The Core of the Gospel

After years of studying the Bible, including the synoptic gospels, Thomas Gospel, Q Gospel, Marcion Gospel, etc, I came to conclusions as follows: 1. Prophet Jesus was sent to the People of Israel (the people of the book), hence the Gospel was given to the people of Israel, and was originally written in Hebrew language. Jerome called it as  matthaei authenticum . 2. However, since the majority of the people of Israel rejected him (and the gospel), therefore the gospel was transferred to another nation(s) or the gentiles, and written in other language, that is Koine Greek (cf: Gospel of Thomas Logia# 109 , Gospel of Matthew 21:43; and also Quran Sura Fathir (35) verse 32 [note: please read Tafsir Tabari about this verse Quran 35:32]) 3. The original gospel that was written in Hebrew didn't survive. The gospels available today are the one that were written in Greek, around a hundred years after Jesus gone. The closest gospel to the original one is either the Gospel of Matthew or the

Kitab Yang Diwariskan (Fathir 32): ayat yang sering terabaikan

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada  (pula)  yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (QS 35:32) Dalam surah Fathir ayat ke 32 Allah menerangkan bahwa Allah telah mewariskan (sebuah) kitab kepada umat manusia yang dipilih oleh-Nya.  Nah, kitab apakah yang dimaksud sebagai kitab yang diwariskan kepada orang-orang pilihan tersebut? Sebagian penafsir menafsirkan bahwa yang dimaksud kitab yang diwariskan tersebut adalah Al Quran, sedangkan kaum yang mewarisi kitab tersebut adalah kaum mukmin. Hanya saja untuk penafsiran tersebut di atas terdapat satu masalah besar: yakni surah Fathir merupakan surat Makkiyah . Artinya, ketika ayat QS 35:32 tsb diturunkan, Al Quran masih belum final, dan masih jauh dari kriteria kitab yang lengkap dan sempurna. Bukankah Islam sempurna dengan turunnya ayat Al

Believe in the Scripture Before the Quran

In the Holy Koran, there is a particular verse that command the believers to believe in the Book before the Quran. " O you who believe, believe in Allah and His Messenger, and the Book which He sent down upon His Messenger, and the Book which He sent down earlier . And whoever disbelieves in Allah, and His Angels, and His Books, and His Messengers, and the Last Day, then he has certainly gone far astray ." (the Quran 4:136) “The Book which He sent down earlier ” or “the Scripture which He sent down before” is in singular form, which means that there is “only” one Book that every believer has to believe in other than the Quran. But which one? There are many books that had been sent down before Muhammad. The Torah, Psalms, and the Gospel, to name a few; not to mention the books that were given to the Prophets like Isaiah, Jeremiah, Ezekiel, Jonah, etc. To identify which book that the Quran talked about in the verse above, we have to look in some other verses: 1. “And befor