Sekitar empat abad yang lalu, Balaise Pascal mengutarakan pemikirannya tentang Atheist versus orang Theist, apakah Tuhan itu ada atau tidak? Pemikirannya ini sekarang dikenal sebagai Pascal's Wager atau Pertaruhan Pascal. Dalam gagasannya itu, Pascal menyatakan bahwa lebih aman menjadi orang yang percaya kepada Tuhan daripada menjadi orang Atheist. Kenapa? Karena kalau orang percaya kepada Tuhan dan ternyata Tuhan itu tidak ada, maka orang beragama tidak terlalu rugi, paling-paling ia hanya kehilangan kesempatan untuk bersenang-senang di dunia. Namun, jika seseorang percaya bahwa Tuhan itu tidak ada namun ternyata Tuhan itu ada, maka celakalah si orang Atheist tersebut.
Namun, di masa kini Pascal's Wager tersebut banyak ditentang, terutama oleh orang Atheist. Salah satu alasannya adalah karena Pascal mengidentikkan orang beragama sebagai orang Kristen (dan/atau Katolik). Padahal, bisa jadi bahwa Tuhan itu ada, namun ternyata Kristen bukanlah agama yang benar. Bisa jadi agama yang benar itu Islam. Atau Judaisme. Atau Hindu. Atau Budha, dan seterusnya. Agama di dunia ini ada banyak. Jika hanya salah satu agama saja yang benar, maka kesempatan seseorang untuk masuk surga pun sangat kecil. Walaupun jika seandainya orang tersebut percaya kepada adanya Tuhan, namun jika ia percaya kepada "Tuhan" yang salah, maka ia tetap akan masuk neraka. Begitu kira-kira argumen para penolak Pascal's Wager.
Beberapa waktu yang lalu, saya berpikir, seharusnya pertaruhan Pascal bukanlah mengenai apakah Tuhan itu ada atau tidak melainkan agama apakah yang benar. Atau lebih mengerucut lagi, denominasi yang manakah yang benar. Kalau berbicara tentang denominasi agama, maka ada banyak sekali denominasi di dalam agama. Dalam agama Islam sendiri terdapat puluhan atau bahkan ratusan denominasi, mulai dari sunni, syiah, khawarij, murji'ah, muktazilah, jabariyah, qadariyah, dan lain sebagainya. Masing-masing golongan ini terpecah lagi menjadi sempalan-sempalan yang lebih kecil, yang kalau dijumlah bisa lebih dari ratusan jumlahnya. Itu baru dalam agama Islam, belum lagi agama lain seperti Kristen, Judaisme, Hindu, dan Budha.
Oleh karena itu, kemudian saya berpikir, bahwa pertanyaan pertama yang seharusnya diajukan dalam pertaruhan hidup kita semua ini bukanlah agama yang mana yang benar, atau denominasi manakah yang benar? Karena bisa saja seseorang memilih denominasi yang salah, atau bahkan ia memeluk agama yang salah, namun bisa jadi ia diampuni Allah karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Bijaksana (ref QS 5:118). Pertanyaan awal yang seharusnya diajukan dalam pertaruhan nasib kita di akhirat nanti adalah Kitab Suci manakah yang benar, atau kitab suci apakah yang benar-benar diturunkan dari Tuhan Semesta Alam. Dan ini bukanlah pertanyaan multiple choice yang hanya punya satu jawaban benar, melainkan ini adalah pertanyaan checkboxes (select all that apply). Sehingga jawabannya bisa lebih dari satu kitab. Itulah menurut saya pertanyaan awal yang seharusnya ditanyakan terlebih dahulu ketika seseorang berusaha mencari kebenaran atau mencari Tuhan.
Kenapa saya berangkat dari Kitab Suci, bukan dari ajaran agama atau denominasi? Karena menurut saya ajaran agama atau pun denominasi itu semua hanyalah hasil pemikiran manusia, atau hasil penafsiran manusia terhadap Kitab Suci. Bisa jadi Kitab Suci pegangannya benar namun ditafsirkan secara salah, sehingga pada akhirnya ia menjadi sesat. Oleh karena itu, sebelum memilih agama dan/atau denominasi yang benar, maka kita harus tahu dulu Kitab Suci mana yang benar. Dan seperti saya katakan tadi, jawabannya sangat mungkin lebih dari satu. [Spoiler: Al Quran boleh jadi bukan satu-satunya Kitab Suci yang harus diimani].
Wa Allahu a'lam
Komentar
Posting Komentar