Langsung ke konten utama

Logam Mulia untuk Persiapan TEOTWAWKI

Sejak beberapa tahun belakangan ini, saya rajin mengumpulkan logam mulia, terutama emas dan perak. Alasan utama saya, karena saya percaya bahwa suatu saat nanti akan tiba masanya dimana uang kertas yang kita kenal sekarang ini (atau fiat money), tidak akan laku lagi karena jamannya sudah berubah. Bukan berubah maju, melainkan berubah mundur. Di kalangan preppers keadaan itu dikenal dengan istilah The End of the World as We Know It atau biasa disingkat TEOTWAWKI. Pada masa tersebut, manusia akan kembali ke zaman dahulu. Tidak ada lagi teknologi modern yang bisa dinikmati oleh umat manusia karena pada masa itu teknologi modern sudah musnah atau hancur. Keadaan seperti inilah yang juga sering digambarkan oleh beberapa ulama Indonesia seperti ustadz akhir zaman Zulkifli Ali.

Saya pribadi termasuk orang yang percaya bahwa suatu saat nanti, cepat atau lambat, umat manusia akan kembali ke peradaban zaman dulu karena teknologi modern sudah musnah. Alasannya karena kalau kita membaca kitab-kitab agama seperti Alkitab dan kitab-kitab hadits, dimana digambarkan di akhir zaman kelak akan muncul sang Mesias (Al Masih) dan/atau Imam Mahdi, saya pribadi tidak bisa membayangkan bahwa pemimpin umat manusia tsb akan muncul di zaman modern. Saya tidak bisa membayangkan Imam Mahdi menggunaķan hape, atau Imam Mahdi memimpin perang dengan mengerahkan tank atau pesawat, atau Al Masih naik pesawat terbang. Lebih masuk akal jika Imam Mahdi memimpin perang, dimana senjata yang digunakan pada saat itu adalah pedang dan tombak, bukan senapan, meriam, roket, dll.

Anyway, jika masa-masa itu memang benar-benar akan terjadi, tentu tidak ada salahnya jika kita mempersiapkan diri menghadapi masa sulit tersebut. Salah satu inspirasi saya dalam persiapan menghadapi akhir zaman adalah Al Quran Surat Al Kahfi, yaitu kisah mengenai para pemuda Al Kahfi yang melarikan diri dari penguasa lalim setempat, dan kemudian mereka bersembunyi di sebuah gua. Yang menarik pikiran saya dalam kisah tsb adalah bahwa para pemuda tersebut masih sempat-sempatnya membawa koin perak atau silver coin(s) dalam pelarian mereka. Dan koin perak tsb pada akhirnya akan digunakan untuk membeli makanan (QS 18:19).

Dari kisah para pemuda Al Kahfi tersebut saya mendapatkan inspirasi untuk menyiapkan sejumlah logam mulia (emas dan/atau perak) yang kelak dapat digunakan untuk membeli makanan. Tentunya makanan yang akan dibeli kelak tsb bukanlah makanan untuk satu orang saja melainkan makanan untuk tiga sampai tujuh orang. 

Berdasarkan pengalaman saya pribadi, ketika kami sekeluarga (terdiri dari 3 orang) makan di luar (restoran), biasanya menghabiskaan dana antara 150.000 ~ 300.000, tergantung pesanan serta restorannya. Nah, sebagai persiapan menghadapi TEOTWAWKI, tentunya saya harus mempersiapkan sejumlah logam mulia yang nilainya kira-kira setara dengan harga makanan tsb. Dengan asumsi bahwa harga emas per hari ini (per akhir Oktober 2020) adalah 940.000 maka emas yang dibutuhkan untuk membeli makanan seharga 100.000 ~300.000 adalah sekitar 0,1 gram hingga 0,3 gram. Sayangnya Antam tidak mengeluarkan emas dengan pecahan 0,1 gram atau 0,3 gram. Pecahan emas terkecil yang dijual oleh Antam adalah 0,5 gram yang kalau dihitung kurang lebih nilainya sekitar 500.000, atau terlalu mahal jika digunakan untuk membeli makanan siap saji.

Nah, yang lebih ideal digunakan untuk membeli makanan sehari-hari adalah perak yang memiliki nilai jauh di bawah nilai emas. Dengan menggunakan asumsi hari ini (per akhir Oktober 2020) harga perak adalah 16.000 per gram, maka perak yang dibutuhkan untuk membeli makanan senilai 150.000~300.000 rupiah adalah sekitar 10 gram hingga 20 gram. Sebenarnya tidak sulit untuk mencari perak dengan ukuran ini. Bahkan Antam mengeluarkan koin dirham yang beratnya hanya sekitar 3 gram. Maka, jika kita membutuhkan perak dengan berat sekitar 10 gram, maka kita cukup menyediakan koin dirham antam sebanyak 3 atau 4 koin. Selain antam, ada juga produsen lain yang mengeluarkan perak batangan dengan berat 10 gram dan 20 gram. Itu kondisi di Indonesia.

Bagaimana kondisi di luar negeri seperti di Amerika Serikat? 

Jika saya melihat harga pada situs fastfoodmenuprices per hari ini, harga sebuah Big Mac dari McDonald's adalah $4, sedangkan harga sebuah Pan Pizza berukuran besar (Large) dari Pizza Hut adalah $15. Dengan demikian, jika kita ingin membeli Big Mac untuk 3~7 orang maka kita memerlukan uang senilai $12~56 (tergantung apakah seseorang cukup makan sebuah BigMac untuk memenuhi rasa laparnya atau 2 Big Mac). Sedangkan untuk Pizza Hut, uang yang dibutuhkan kurang lebih senilai $30~45.

Jika saya melihat harga logam mulia pada situs kitco.com per hari ini (akhir Oktober 2020), maka harga perak per oz adalah $23. Dengan demikian, bagi preppers di luar negeri, akan lebih pas jika menyiapkan perak dalam bentuk koin perak standar yang memiliki berat 1 oz dan/atau 1/2 oz.

Kesimpulannya adalah, harga makanan di Indonesia relatif murah jika dibandingkan dengan harga perak. Oleh karena itu kita memerlukan pecahan dalam bentuk kecil, seperti 3 gram, 10 gram, atau 14 gram (5 dirham).

Sedangkan harga makanan di luar negeri relatif mahal jika dibandingkan dengan harga silver. Oleh karena itu sebenarnya kita tidak terlalu perlu menyediakan perak dalam pecahan kecil seperti 3 gram (1/10 oz), namun kita tetap perlu pecahan perak dalam bentuk yg lebih besar seperti 1/4 oz (7,7 gram) dan 1/2 oz (15,5 gram), disamping koin perak standar dalam satuan 1 oz.

Sayangnya, tidak banyak silver coin yang tersedia dalam pecahan 1/2 oz. Beberapa silver coin yang tersedia dalam pecahan 1/2 oz yang saya tahu adalah 1/2 oz lunar series dari Australia, Mexican Libertad, Armenian Noah's Ark, dan Somalian Elephant. Tiga seri terakhir tsb (Mexican Libertad, Armenian Noah's Ark, dan Somalian Elephant) bahkan juga tersedia dalam pecahan 1/4 oz. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Believe in the Scripture Before the Quran

In the Holy Koran, there is a particular verse that command the believers to believe in the Book before the Quran. " O you who believe, believe in Allah and His Messenger, and the Book which He sent down upon His Messenger, and the Book which He sent down earlier . And whoever disbelieves in Allah, and His Angels, and His Books, and His Messengers, and the Last Day, then he has certainly gone far astray ." (the Quran 4:136) “The Book which He sent down earlier ” or “the Scripture which He sent down before” is in singular form, which means that there is “only” one Book that every believer has to believe in other than the Quran. But which one? There are many books that had been sent down before Muhammad. The Torah, Psalms, and the Gospel, to name a few; not to mention the books that were given to the Prophets like Isaiah, Jeremiah, Ezekiel, Jonah, etc. To identify which book that the Quran talked about in the verse above, we have to look in some other verses: 1. “And befor...

Beriman kepada Kitab Sebelum Al Quran

Di dalam Al Quran terdapat sebuah ayat yang secara spesifik memerintahkan orang-orang beriman untuk beriman kepada kitab sebelum Al Quran. Ayat tersebut adalah sebagai berikut: “Hai orang-orang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan sebelumnya . Barangsiapa yang kadir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya ia telah sesat sejauh-jauhnya” (QS 4:136) Kebanyakan muslim kurang memperhatikan ayat ini. Bagi kebanyakan muslim, beriman kepada kitab sebelum Al Quran berarti percaya bahwa dahulu Allah pernah menurunkan kitab Taurat, Injil, Zabur, dll kepada nabi-nabi terdahulu, namun sekarang kitab-kitab tersebut sudah tidak ada lagi. Adapun kitab suci umat Kristiani dan umat Yahudi yang ada pada saat ini sudah tidak murni lagi karena ia sudah diubah dan diedit, dan oleh karenanya kita umat muslim tidak perlu beriman ...

Quran Only versus Quran Plus Plus

Mainstream muslim sejak dulu percaya bahwa umat harus berpegang tidak hanya kepada Al Quran yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril, namun juga kepada Sunnah Rasulullah, dimana sunnah-sunnah Nabi tersebut dapat ditemukan di dalam kitab-kitab hadits (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An Nasa'i, Ibnu Majah, Imam Ahmad, dll) Namun, di akhir abad yang lalu (abad 20) terdapat suatu faham yang hanya mau beriman kepada Al Quran saja, dan mereka mengingkari sunnah Rasul yang terdapat di dalam kitab-kitab hadits. Mereka berargumen dari ayat Al Quran sendiri yang antara lain bahwa Al Quran itu adalah kitab yang jelas, kitab yang terperinci, dll sehingga Al Quran tidak membutuhkan kitab hadits atau kitab lainnya untuk menginterpretasikannya atau menafsirkannya. Salah satu pelopor dari faham "Quran Only" ini adalah Rashad Khalifa yang terkenal dengan penemuannya mengenai fenomena angka 19 di dalam Al Quran. Beberapa belas tahun yang lalu, penulis...